Jumat, 15 April 2016





HIDUP MANUSIA DI PAKSAKAN OLEH HAH-HAL YANG BAIK.

Manusia beradapan di dunia kita harus melalukan Hal-hal yang menguntungkan dalam Jasmani maupun Rohani kami

Dalam hal ini saya akan menjelaskan dalam hidup kita adalah seperti di uap air, Maka itu mari kita waspada.Segitiga kita arah berada di mana kenapa saya katakan demikian, sebelum melakukan atau mengeluarkan sekata-kata maupung Memandang ke arah kekanan, kekiri atau kedepan dan kebelana itu kita berpikir baru di keluarkan atau di memandangkan Supaya kita tidak berpengaru dengan hal-hal yang menenagkan kepada piak ke lain. Selama ini saya  mengeluarkan/memandang kata-kata yang maki banyak teradap banyak orang. Tetapi Tuhan ia luar biasa bersama aku

Dalam hIdup ini kita lakukan hl-hal yang baik belarti kita kea rah yang menguntungkan kita, maka itu segitiga kita berada di mana di situ kita berpkikir bahwa apa yang saya keluarkan kata ini baik kah tidak kita prlu bahami baru lakukan..

Pujih Tuhan menciptakan segalah semuanya ini baik, Tetapi iblis ini secara cara iblis bekeja keras pada saat di Taman eden di situlah masuk ke dalam Hawa lalu hawa memetit buah yang manis itu’ iblis di katakan kepada hawa hai hawa Tuhan bilang Tidak usa maka buah itu tipu jadi kamu dua makan ini nanti kamu seperti Tuhan Yesus lalu hawa Ia terlalu percaya penu bahwa ia lansung  memetik buah itu lalu makan buah tersebut.

Sodara saudari yang kami kasihi kita juga jangan sama seperti iblis mari kita melakukan hal-hal yang baik dalam hidup kita supaya hal baik itu kita membahawa lebih kedepan,  sementara kita laagi masi ada dunia mari kita mengembagkan hal-hal yang baik menguntungkan kita baik di Bumi maupun di Surga

Hasil pekerjaan kita di bungkusikan dalm windral baik pekerjaan jasmani maupun rohani agar iblis duluan  tidak mengambil hali, maka itu kita kedepan jadikan activator selalu sesuai lever Iman ada pada kita aktivits demi aktivitas aktifkan prosesor di sudut pandang kita.
(Editor marten pigai )

 
 
 
 
 
 
 
BERBAHAGIALAH ORANG YANG TAHAN SENYUMAN MANIS
    
Senyuman ini mebahwa kita ke arah yang baik, Ketika kita senyum di mana berada kita di situlah kita untuk mendamaikan masalah, Ayo mari kita coba ajarkan diri kita sendiri senyuman ini ketika kita tidak mengajari diri kita belarti kita tidak membuka pikiran kita, Senyuman adalah untuk mendamaikan masalah Tenga-tenga dunia ini, Baik itu pekerjaan kita, Keluarga kita, dan Sesama kita. Maka itu kami ajak kepada Pembaca Tulisan ini segra di petikkan Kata-kata ini supaya hidup kita damai.

Bukan kita sembarang senyum tetapi kita lihat mana yang senyum dan mana yang tidak senyum dan kita perhatikan kata-kata yang keluar dari Teman-sekerja.  Ketika kita senyum Salah-salah tangkapi belarti Piak sebelah ia akan jau dari kita maka itu kita  apa yang sedang ia berbicara, Kita ikuti dari Awal sampai Terakhir itu  supaya tidak membahwa masalah di Tenga-tenga Se-kerja di ladang aktivitas kita.

  Tuhan mengajarkan kita untuk Hormatilah Aya dan Ibumu seperti juga kita hormati kepada sesama kita lagi, Dengan membahwa senyuman agar Tuhan membukaan jalan masuk, keluar, dalam hidup, kita juga harus sama seperti musa ke napa aku katakan seperti musa ia lembuh hati Teradap Teman-teman dia .Teman-teman ia mereka memarai tetapi ia penuh percaya kepada Tuhan. Ketika kita membiarkan sesama kita Tuhan meneyakan kita pada saat hari Tuhan maka itu kita trut bersenyumkan. susa paya, lapar, kematian, dan kebosanan lewat tetapi kita harus tahankan Senyuman ini membahwa di mana-mana.

 Sementara kita beradapan dunia banyak Tantangan,Godaan, untuk mematikan kita punya senyuman mari kita pegan Trus sampai hari mara nata biar hidup kita ombang dan bingkai tetapi kami Penulis berita ini ajakkan pelajarilah Pencobaan-pencobaan ini dan kita berpikir bahwa bagimana sampe begini, Dan kita harus Pengalamankan agar dalam hidup kita berjalan dengan tidak susa.

 Iman kita di Menyalah-nyalakan dengan senyuman di depan banyak Orang ketika kita menyalakan Roh dengan kebenaran depan banya orang kita masuk Surga dan apa yang kami sampaikan kepada mereka melalu berbicaa itu, Kitika mereka kembali jalan kebenaran kita akan dapat makota dua kali lipat. 

Maka itu kita bagimana sampai Orang-orang yang tidak kenal Firman Tuhan di kembalikan dalam firman Tuhan? Ayo kita berbicara dengan mereka sesuai dengan lever Iman mereka agar mereka tau bahwa oooh Tuhan Yesus ini selalu bersama sama dari di situlah senyuman  mereka kembali ke jalan yang kebenaran yaitu Firman Tuhan.
(Editor marten pigai)


Jumat, 01 April 2016

Jam

Pengertian Pengalaman

    PENGALAMAN-PENGALAMAN

   Menjadi pembina upacara itu memang mengenakkan. Dihormati banyak peserta, diberi hak memberi wejangan, dan bisa marah. Karena itu, saya kerap mengirikan posisi itu. Namun sepanjang hidup, posisi itu tak juga saya dapatkan. Sampai Agustus lalu, ketika atasan saya sakit, saya pun menjadi pembina upacara, posisi yang sangat saya inginkan itu.

            Tapi, tahukah Anda? Bukan bahagia yang saya dapat, melainkan rasa malu.
            Sebenarnya, semuanya berjalan lancar. Dari awal, saya santai dan tenang. Dengan suara yang saya berat-beratkan untuk menambah wibawa dan muka yang saya tekuk serius, saya berkata, ”Untuk mengenang jasa para pahlawan yang rela berkorban demi kemerdekaan yang sedang kita nikmati kini, marilah kita mengheningkan cipta sejenak dan mendoakan mereka. Hening cipta …, mulai!


            Suasana langsung hening. Lagu himne pun berkumandang, pelan, syahdu, menyentuh. Saya pun terbawa suasana, hanyut. Sampai lagu akan berakhir, saya masih menikmati momen itu. Dan lagu pun akan berakhir. Tapi, duhh… Masya Allah, saya tidak tahu bagaimana mengakhiri hening cipta itu. Sibuk memori saya mencari-cari, tetapi tak juga menemukan kalimat yang pas Apakah hening cipta tamat, usai, selesai, atau apa? Duhh… Gusti.


            Saya menangkap keresahan peserta upacara. Saya pun gugup. Keringat mulai menetes. Tengkuk dan ketiak saya pun basah. Gerah sekali. Tanpa sadar, saya menengadahkan kepala. Tapi, ternyata banyak peserta upacara yang sudah menengadahkan kepala dan menatap saya. Refleks, saya menunduk. Dengan suara gemetar, saya katakana, ”Hening cipta… sudah!”
            Dan, inilah yang tak saya bayangkan. Suasana khusyuk, khidmat, tenang, dan penuh rasa terima kasih pada pahlawan langsung cair.


Gerrr…. Semua peserta tertawa. Saya sendiri berpura-pura tidak tahu kesalahan saya.
            Sesi upacara selanjutnya berjalan lancar, tetapi saya yang sudah kehilangan kepercayaan diri hanya memberi wejangan singkat tentang disiplin. Begitu upacara selesai, saya bertanya kepada pemimpin upacara. ”Apa sih kalimat untuk mengakhiri hening cipta tadi?” Spontan dia tertawa. Jangan sudah, Pak. Tapi, hening cipta… selesai. Ha-ha….”
            Saya hanya mengusap peluh yang masih menetes di kening saya. Huh, ternyata tak nikmat menjadi Pembina upacara, ya?